130 Views
1 commentsPengantar
Pada masa lampau orang hanya mampu berkomunikasi melalui tradisi lisan, perjumpaan langsung, kehadiran fisik, dan pertemuan empat mata. Semuanya itu penting karena manusia adalah makhluk badani yang rindu akan kehadiran orang lain secara fisik. Akan tetapi, kini makin disadari bahwa manusia sebagai makhluk rohani mampu mengembangkan komunikasinya secara lebih luas, melampaui batas-batas fisiknya.
Manusia mulai memahami dirinya sebagai bagian dari dunia yang luas dan mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi melalui perkembangan teknologi seperti internet, Facebook, Line, Telegram, dan sebagainya. Dengan demikian, media komunikasi modern telah membuat tempat-tempat dan kejadian-kejadian yang jauh menjadi begitu dekat dan nyaris berada di depan kita. Inilah salah satu dampak dari kecanggihan teknologi.
Perkembangan ini membuat kita berpikir di dunia manakah sekarang kita hidup? Apakah dunia yang kita hidupi saat ini lebih nyata dan lebih luas daripada dunia maya yang dapat kita akses setiap saat? Perkembangan teknologi tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat pada umumnya tetapi sudah merembes masuk ke dalam tembok biara. Bagaimanakah pengaruh dunia maya dalam hidup membiara secara khusus para religius muda saat ini?
Dunia Maya dan Tantangannya
Maya atau Virtual dalam terjemahan harfiahnya adalah “antara ada dan tiada”. Ada tetapi tidak ada dan sekaligus tidak ada tetapi ada. Pengertian ada karena ia dapat berhubungan dengan manusia lainnya tanpa harus bertatap muka. Sedangkan pengertian tidak ada karena pihak yang dihubungi tidak berada atau tidak hadir secara langsung di hadapan kita. Demikian halnya dengan apa yang dinamakan dunia cyber. Dunia maya berakar pada istilah cyberspace, yang artinya kurang lebih sama dengan dunia internet.
Dunia maya secara positif dapat membantu meneguhkan nilai diri kita sebagai aktor yang aktif dan membuka diri bagi orang lain. Dengan demikian kita tidak hanya menerima berita tetapi turut serta menyampaikan berita melalui dunia maya. Bahkan kita tidak hanya menonton tetapi turut serta menjadi tontonan. Hal ini mau mengungkapkan dan mengomunikasikan diri kepada orang lain. Internet menjadi medium pernyataan diri kita di hadapan orang lain. Walaupun tidak pernah menambah nilai keberadaan kita karena internet hanyalah sebuah medium dan sarana.
Namun di lain pihak, dunia maya membawa dampak yang negatif dalam kehidupan kita. Pertama, internet membentuk pandangan dan sikap kita bahwa pernyataan diri cukup melalui medium saja dan tidak mutlak untuk hadir secara fisik. Kedua, internet dengan terang-terangan meyakinkan kita bahwa diri kita sangat penting dan bernilai sejauh kita menginformasikan diri, tampil menarik dan sempurna serta melengkapi profil. Walaupun semuanya itu kita isi dengan baik, tetapi kadang kala tidak sesuai dengan fakta objektif dengan keadaan kita yang sesungguhnya. Ketiga, menawarkan sebuah nilai dan gagasan tentang something for free bahwa semua yang ada di internet bebas diakses. Semua orang yang terlibat di dalamnya bebas melakukan apa pun. Ini merupakan prinsip kebebasan berekspresi.
Keempat, pengalaman akan diri dalam relasinya dengan waktu dan jarak. Secara pribadi hadirnya internet langsung memengaruhi pola penghayatan waktu. Fungsi informatif, ekspresif, dan komunikatif dijalankan dalam tuntutan waktu yang serbacepat. Oleh karena itu kita harus cepat, tepat, dan menarik. Agar informasi yang kita kirimkan cepat, maka harus ringkas dan juga harus up to date. Hal itu bertujuan agar menarik minat orang untuk membaca. Ini positif dalam rangka informasi dan komunikasi. Akan tetapi, hal negatifnya ialah kita kehilangan kesempatan untuk mendalami peristiwa-peristiwa penting karena terus didorong untuk memberi informasi sebanyak-banyaknya sesering mungkin, padahal informasi yang terpenting kita abaikan.
Kelima, kenyamanan yang diciptakan internet membawa dampak bagi kita serta mengurangi frekuensi relasi langsung dengan sesama komunitas. Makin lama kita menggunakan internet, maka makin lama kita berada di hadapannya sehingga makin jarang atau bahkan relasi dengan yang lain makin berkurang. Internet betul-betul menantang penghayatan waktu dalam konteks berelasi dengan yang lain.
Pengaruh Dunia Maya terhadap Religius Muda
Religius muda adalah religius yang pada taraf hidupnya sedang mengalami masa perkembangan untuk mengetahui dunia lain, khususnya dunia maya. Apalagi religius muda seorang mahasiswi, internet adalah salah satu sarana yang sangat membantu dalam pencarian artikel atau bahan untuk tugas baik dalam pembuatan paper ataupun skripsi. Bahkan melalui dunia maya, para religius muda dapat melakukan karya kerasulannya.
Internet menjadi lahan subur yang mampu mengangkat nilai diri dan kekhasan setiap pribadi. Dunia maya menjadi medium pembawa pesan tentang nilai kita sebagai citra Allah. Melalui dunia maya kita dapat menjadi pewarta kabar sukacita, pembawa damai lewat khotbah-khotbah atau renungan serta kata-kata bijak atau kata-kata motivasi yang kita bagikan di channel YouTube ataupun di laman Instagram atau Facebook. Kita sendiri merupakan a message bearer (messenger) atau pembawa pesan bagi orang lain yang barangkali tidak kita kenal.
Memang tidak dapat dimungkiri internet sangat memengaruhi sendi-sendi hidup religius, baik secara individual maupun secara kolektif. Kaum religius dapat bertahan berjam-jam di depan komputer karena asyik googling dan chatting dengan orang yang mungkin tidak dikenal secara langsung. Bahkan, relasi religius yang satu dengan yang lain terasa ada jarak karena sibuk dengan diri sendiri serta dengan dunia maya. Bahkan, seorang religius juga akan merasakan jarak dalam relasi dengan Tuhannya. Karena waktu doa pun akhirnya diambil alih untuk berdiam di hadapan komputer dengan alasan mengerjakan tugas, tetapi religius itu sendirilah yang tahu apa yang telah dilakukannya.
Seorang religius hendaknya mampu memberikan waktunya untuk hidup berkomunitas. Kita dipanggil bukan untuk diri kita sendiri, melainkan kita dipanggil untuk hidup bersama sebagai saudara. Dalam komunitaslah semua anggota dipersatukan dalam spiritualitas, karisma, visi, dan misi yang sama. Komunitas religius merupakan komunitas yang terbentuk atas suatu panggilan yang sama dalam nama Yesus Kristus. Dengan demikian, masing-masing anggota berusaha untuk mengatur waktunya serta mampu hadir dalam kebersamaan dalam hidup berkomunitas. Itu semua bertujuan untuk mewujudkan cinta terhadap sesama saudara sebagai wujud iman akan Yesus yang telah memanggil dan mempersatukan sebagai saudara.
Selain hidup bersama, seorang religius harus mampu menyeimbangkan hidup doa dengan karya perutusan yang dia terima. Karena napas dari seorang religius adalah doa. Doa merupakan kebutuhan primer, yakni jantung, inti, pusat, dan isyarat sentral hidup religius. Bagi religius, doa merupakan jantung hidup yang senantiasa mempersilakan Yesus masuk dan turut campur tangan dalam seluruh perjuangan hidup. Seorang religius hendaknya berusaha untuk tetap membuka diri terhadap kehendak Allah serta menyatakan kesediaannya atas panggilan untuk mencintai sesama melalui pelayanan. Doalah yang menjadi kekuatan untuk mewartakan kabar gembira dalam tugas perutusan. Maka, seorang religius hendaknya mampu melihat prioritas dalam hidup panggilannya. Berselancar di dunia maya tidak menjadi penghalang untuk menjalin relasi intim dengan Sang Pencipta.
Kaum religius adalah bejana tanah liat yang sewaktu-waktu dapat pecah karena kerapuhannya. Akan tetapi, sebagai satu komunitas yang saling mendukung, hendaknya tidak membiarkan diri kita dan juga saudari kita jatuh pada pemakluman diri belaka. Kita harus melihat sisi positif yang ditawarkan dunia maya saat ini. Janganlah kita jatuh pada paham atau sikap indifferentia murahan, yaitu dengan bersikap bahwa terlibat internet tidak apa-apa, serta tidak terlibat dengan internet juga tidak apa-apa.
Sementara dunia maya berkecamuk dengan perang ideologi, terbentuk komunitas pornografi dan paham-paham ateis praktis merajalela. Memang, kita dapat saja berkubang dalam kemapanan dengan kehangatan komunitas dan bersikap seolah-olah dampak komunitas maya diyakini bersifat maya pula. Padahal, komunitas maya adalah lahan subur untuk karya perutusan dan pewartaan Injil.
Walaupun internet hanyalah sarana atau medium, kita perlu terbuka untuk melihat keunggulan-keunggulan bagi kita kaum religius. Lewat internet, wajah Yesus dapat kita wartakan ke segala penjuru dunia serta menjadi langkah awal dalam kesaksian hidup kita. Sebagaimana Paus Benediktus XVI dalam pesannya pada Hari Komunikasi Sedunia yang ke-36, menyatakan bahwa jejaring dunia maya menyediakan secara luas sumber-sumber informasi dan pengajaran tentang Gereja dan tradisinya, doktrin-doktrin, dan keterlibatannya dalam segala aneka bidang kehidupan di seluruh dunia, yang mendukung dalam menyediakan pengganti dan dalam mendukung anggota yang baru pada perjalanan imannya.
Penggunaan dunia maya merupakan kesempatan besar untuk meningkatkan komunikasi tentang aneka kehidupan beriman. Komunikasi itu memberi kesempatan bagi mereka untuk dapat mengikuti konsultasi seputar kehidupan beriman Katolik serta saling membantu untuk terhubung antaranggota dalam komunitas maupun antarkomunitas umat secara luas. Jejaring menjadikan setiap komunitas menjadi makin terbuka dengan yang lain. Dunia maya menyediakan kesempatan untuk membagikan buah kehidupan rohani dan kesaksian iman maupun kebersamaan hidup dengan komunitas lain.
Refleksi
Kita telah mengetahui dampak yang dihasilkan oleh dunia maya. Maka, kita dapat membuat diskresi yang bijak tentang internet, di mana kita terbantu untuk melihat kembali betapa bernilainya panggilan kita sebagai murid Yesus. Panggilan sebagai anggota Gereja di tengah dunia yang hampir tidak lagi mengenal Allah serta dunia yang penuh godaan yang sewaktu-waktu dapat menenggelamkan perahu panggilan kita. Oleh karena itu, dalam pertemuan harmonis antara medium teknologi dan pesan Injil yang mengubah hidup religius muda pada umumnya, membuka kemungkinan baru promosi panggilan untuk bekerja pada lahan subur di dunia maya yang dapat dirasakan dalam dunia nyata. Sebab, Tuhan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia (Rm. 8: 28).
Melalui internet, muncul metafora baru yang berguna untuk memahami Allah dan Karya-Nya dalam menopang dunia kita ini. Allah tidak berdiam “dalam” ruang atau tempat tertentu. Allah menunjukkan bahwa Dia dapat ditemukan dalam dunia digital yang tidak kelihatan. Di sana kita dapat melihat penyelenggaraan Tuhan terus-menerus. Namun, untuk menggunakan internet dengan benar, kita memerlukan sebuah disiplin dan discerment serta harus ada keseimbangan antara komunitas dan kemandirian kita sebagai pribadi. Oleh karena itu, kita sebagai religius muda diajak untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia melalui dunia maya. Akan tetapi, dari kita dituntut untuk mampu berdiskresi, kapan kita harus turn on dan kapan kita harus shut down.
Sr. Egidina Saragih, KSFL
Saat ini menempuh Pendidikan Program Studi Magister Ilmu Teologi, Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR).
Photos by Patrick Farrell / The Miami Herald (vcstar.com)
22 November 2022
14 Juni 2022
06 Mei 2022
Terima kasih Sr. Egidina. Semoga hal ini mau dibaca dan direfleksikan oleh kaum religius muda atau yang menyebut diri 'religius milenial'.Saya juga sempat mendengar komentar umat tentang hal ini. Mereka khawatir bahwa beberapa dari kaum religius senang sekali 'memberitahu' semua aktivitasnya melalui media sosial. "Bagaimana ya bila kaum berjubah itu tidak sadar bahwa mereka sedang tanpa busana padahal sedang live?"Sejenak saya berpikir: "Ah, mana mungkin itu?" Tapi setelah merenung lebih