Cermin
Do We Have Good Soul?
“Hi, Von, my dear friend with a good soul.”
Sebuah pesan WhatsApp muncul di malam hari kala saya sendirian di kamar. Pengirimnya teman SMA saya yang kini bermukim di Australia. Ia menikah dengan bule ganteng dan memiliki dua anak laki-laki yang rupawan.
Saya merenungkan pesannya dan bertanya dalam hati, saya apakah memang benar seperti yang dia tuliskan bahwa saya mempunyai jiwa yang baik (good soul)? Mengapa setelah kami terpisah 22 tahun yang lalu, ia masih mengingat saya? Temanku yang atletis itu senantiasa menguatkan saya dengan pesan-pesannya yang menyemangati.
Apakah saya berharga dan berarti di mata para sahabat saya? Saya akui, saya tak mudah bergaul. Teman dekat saya bisa dihitung dengan jari. Saya kurang suka memiliki banyak teman. Saya memilih hanya dekat dengan beberapa orang. Meski begitu, relasi yang kami bangun mendalam. Saya menyayangi sahabat-sahabat saya meski mereka hanya sedikit.
Tuhan memang tidak melenyapkan penderitaan manusia. Manusia mesti memanggul salib kehidupannya masih-masing. Everyone has his/her own struggle. Berita baiknya, Ia mengutus orang baik untuk menemani, mendukung, dan menguatkan perjalanan hidup kita dengan segala lika-likunya.
Lalu, bagaimana caranya supaya mempunyai jiwa yang baik? Rupanya jalannya cukup mudah, jadilah sahabat yang baik, berikanlah waktu dan telingamu untuk mendengar curahan hati sahabatmu. Aturan emas berbunyi, “Perbuatlah pada orang lain apa yang kamu ingin orang lain perbuat bagimu. Bila ingin mempunyai sahabat yang baik, jadilah sahabat yang baik.”
Santo Fransiskus Assisi yang kemarin pesta nama mengatakan, “Ya Tuhan Allah, ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur; mengerti daripada dimengerti; mengasihi daripada dikasihi; sebab dengan memberi kita menerima; dengan mengampuni kita diampuni, dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal. Amin.”
Ivonne Suryanto
Photo by Pixabay
132 Views
0 comments