Yogyakarta. Penerbit dan Percetakan PT Pohon Cahaya merayakan ulang tahun ke-13 pada Jumat, 22 April 2022 di halaman kompleks PT Pohon Cahaya, Yogyakarta. Tema “Badai yang Meneguhkan” diangkat refleksi dan wujud syukur karena selama pandemi COVID-19, perusahaan ini tetap mampu bertahan meski terkena dampaknya.
Pada masa pandemi, PT Pohon Cahaya terus berupaya memberikan layanan terbaik kepada semua pelanggan. “Bisnis penerbitan itu gila, karena profitnya kecil sekali. Tapi kami punya idealisme untuk mencerdaskan bangsa,” ujar Y. Sasongko Iswandaru, General Manager Penerbit dan Percetakan PT Pohon Cahaya sembari menjelaskan bahwa setiap buku yang tercetak belum tentu terjual semua. “Secara logika manusia tidak masuk, tapi di balik itu Tuhan berkarya dengan cara lain. Misalnya tahu-tahu kami dapat order cetak,” imbuhnya.
PT Pohon Cahaya bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencetak buku-buku penanganan COVID-19 sebanyak 50.000 eksemplar, yang bagi Sasongko merupakan berkat dari Tuhan.
Sementara itu, Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., Ketua KONI DIY, mengucapkan selamat kepada PT Pohon Cahaya sembari mengatakan, “Tiga belas, orang bilang adalah angka keramat. Insya Allah berkah untuk Pohon Cahaya.”
Djoko Pekik kemudian menyampaikan bahwa bagi umat Islam, tanggal 17 Ramadan adalah Nuzulul Quran, yakni peristiwa turunnya Alquran pertama kali di Gua Hira. Waktu itu Malaikat Jibril (Gabriel) mengatakan kepada Nabi Muhammad, “Iqra” (bacalah).
“Barangkali waktu itu Mas Sasongko mendengar sehingga membuat buku, penerbit, dan percetakan,” ucap Djoko Pekik. “Saya kira satu langkah yang patut kita hargai, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa apalagi di era digital seperti sekarang, literasi menjadi bagian yang sangat vital di dalam konteks mengedukasi dan mendidik masyarakat kita,” lanjutnya.
Selanjutnya, Aan Anshori, Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi, yang sejak awal acara telah hadir dan mengikuti rangkaian Misa, mengatakan, “Indonesia didorong-dorong untuk mencintai, tetapi bagaimana mungkin mencintai seseorang if we are not trying to live with them. Kalau tidak mengucapkan selamat Natal atau Idul Fitri, tapi ke mana-mana ngomong persatuan, bagi saya ini lamis.”
Dosen mata kuliah religion Universitas Ciputra Surabaya ini bercerita, ketika mengajar tentang konsep Ketuhanan, ia dan mahasiswa dari berbagai latar belakang agama saling mempresentasikan konsep masing-masing agama. “Saya mendorong mereka untuk tidak menaruh kesalahpahaman atas nama agama satu dengan yang lain,” ungkap seraya mengingatkan bahaya di tengah bangsa Indonesia adalah intoleransi.
“COVID-19 telah reda, kita di pinggir pandemi, tapi badai intoleransi mesti harus terus kita hadapi. Kita pun berharap Pohon Cahaya yang sudah 13 tahun benar-benar memberikan kita suatu spirit tidak hanya soal cuan, tapi juga ikut merawat kebinekaan dan keragaman yang ada di Indonesia,” harap pria yang akrab disapa Gus Aan ini.
Pada kesempatan ini, PT Pohon Cahaya meluncurkan dua judul buku sekaligus, yakni Indahnya Untaian Doa Rosario karya Rm. Laurentius Prasetya, Pr dan Break The Rules, Menjadi Penari Humor ala Didik Nini Thowok.
Willy Putranta
421 Views
0 comments